BUDIDAYA TANAMAN JAHE
A. Tanaman Jahe
Nama ilmiah jahe adalah Zingiber officinale Rose atau biasa disebut Ginger. Merupakan tanaman herba berumur tahunan yang tergolong famili Zingiberaceae. Batangnya merupakan batang semu yang tersusun dari helai daun, berbentuk ramping, bulat, dan agak lunak. Jahe tumbuh tegak dan merumpun. Daun berpasang dua- dua berbentuk pedang, warna hijau tua dengan pertulangan daun berwarna lebih muda yang terlihat jelas. Bunga ke luar dari permukaan tanah, yaitu muncul dari rimpang samping bila tanaman sudah cukup dewasa. Warna bunga putih kekuningan. Akar jahe berbentuk rimpang, berbau harum, dan pedas. Rim-pang seperti tanduk, bercabang rapat, panjang membulat, berbentuk bulat agak pendek. Kulit luar berwarna cokelat kotor. Jika rim-pang dibelah, tampak daging rimpang berwarna kuning, ber-aroma khas jahe yang tajam dan agak pedas. Rimpang jahe emprit terlihat lebih merah bila diban- dingkan dengan jahe biasa. Berdasarkan pada bentuk, warna dan aroma rimpang serta komposisi kimianya dikenal 3 tipe jahe, yaitu jahe putih besar, jahe emprit, dan jahe merah. Jahe putih besar (Z. officinale var. officinarum) mempunyai diameter 8,47-8,50 cm dengan kadar minyak atsiri di dalam rimpang 0.82-2,8%. Jahe putih kecil (Z officinale var. amarum) mempunyai diameter 3,27-4,05 cm dengan kadar minyak atsiri 1,50-3,50%. Adapun jahe merah (Z. officanale var. rubrum) mempunyai diameter 4,20-4,26 cm dengan kadar minyak atsiri 2,58-3,90%.
.jpg)
B. Budi Daya Tanaman Jahe
Agar mendapat hasil yang optimal di dalam budi daya jahe putih besar, jahe putih kecil maupun jahe merah, selain menggunakan bibit unggul yang jelas asal usulnya harus diperhatikan juga cara budida- yanya. Untuk melakukan penanaman yang baik, harus memper- hatikan langkah-langkah berikut.
1. Pembenihan

Benih yang digunakan harus jelas asal usulnya, sehat, dan tidak tercampur dengan varietas lain. Benih yang sehat harus berasal dari tanaman yang sehat dan tidak terserang penyakit. Rimpang yang akan digunakan untuk benih harus sudah tua minimal berumur 10 bulan. Ciri-ciri rimpang tua antara lain memiliki kandungan serat tinggi dan kasar, kulit licin dan keras tidak mudah mengelupas, warna kulit mengkilat menampakkan tanda bernas. Rimpang yang terpilih untuk dijadikan benih, sebaiknya mempunyai 2-3 bakal mata tunas yang baik dengan bobot sekitar 25-60 gr untuk jahe putih besar, 20-40 gr untuk jahe putih kecil dan jahe merah. Sebelum ditanam, rimpang benih ditunaskan terlebih dahulu dengan cara menyemaikan, yaitu menghamparkan rimpang di atas jerami/alang-alang tipis, di tempat yang teduh atau di dalam gudang penyimpanan dan tidak ditumpuk. Biasanya digunakan wadah atau rak-rak yang terbuat dari bambu atau kayu sebagai alas. Selama masa penyemaian dilakukan penyiraman setiap hari sesuai kebutuhan, untuk menjaga kadar kelembaban rimpang. Benih rimpang bertunas dengan tinggi tunas yang seragam 1-2 cm, siap ditanam di lahan dan dapat beradaptasi langsung, juga tidak mudah Budi Daya Tanaman Obatrusak. Rimpang yang sudah bertunas tersebut kemudian diseleksi dan dipotong menurut ukuran. Untuk mencegah infeksi bakteri, dilakukan perendaman di dalam larutan antibiotik dengan dosis sesuai anjuran. Kemudian dikeringkan.
2. Persiapan Lahan
Sebelum sampai pada tahap penanaman, sebaiknya terlebih dahulu dilakukan pengolahan tanah terlebih dahulu. Tanah diolah sedemikian rupa agar gembur dan dibersihkan dari gulma atau rumput liar. Pengolahan tanah dilakukan dengan cara menggarpu dan mencangkul tanah sedalam 30 cm, dibersihkan dari ranting-ranting dan sisa-sisa tanaman yang sukar lapuk. Untuk tanah dengan lapisan olah tipis, pengolahan tanahnya harus dilakukan hati-hati disesuaikan dengan lapisan tanah tersebut dan jangan dicangkul atau digarpu terlalu dalam sehingga tercampur antara lapisan olah dengan lapisan tanah bawah. Hal ini dapat mengakibatkan tanaman kurang subur tumbuhnya. Setelah tanah diolah dan digemburkan, dibuat bedengan searah lereng (untuk tanah yang miring), sistem guludan atau dengan sistem pris (parit). Pada bedengan atau guludan kemudian dibuat lubang tanam.
3. Jarak Tanam
Bibit jahe ditanam sedalam 5-7 cm dengan tunas menghadap ke atas, jangan sampai terbalik, karena dapat menghambat pertiim- buhan. Jarak tanam yang digunakan untuk penanaman jahe putih besar yang dipanen tua adalah 80 cm x 40 cm atau 60 cm x 40 cm, jahe putih kecil dan jahe merah 60 cm x 40 cm.
4. Pemupukan
Pupuk kandang domba atau sapi yang sudah masak diberikan 2-4 minggu sebelum tanam. Sedangkan dosis pupuk buatan SP-36 dan KC1 diberikan pada saat tanam. Pupuk urea diberikan 3 kali pada umur 1, 2, dan 3 bulan. Pada umur 4 bulan setelah tanam dapat pula diberikan pupuk kandang kedua.
5. Pemeliharaan
.jpg)
Pemeliharaan dengan baik mutlak dilakukan agar tanaman dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik. Untuk itu, lakukanlah beberapa langkah berikut ini. a. Penyiangan gulma Sampai tanaman berumur 6-7 bulan banyak tumbuh gulma, sehingga penyiangan perlu dilakukan secara intensif sampai benar- benar bersih. Penyiangan setelah umur 4 bulan perlu dilakukan secara hati-hati supaya tidak merusakperakaran yang dapat menyebabkan masuknya bibit penyakit. Untuk mengurangi intensitas penyiangan bisa digunakan mulsa tebal yang terbuat dari jerami atau sekam. b. Penyulaman Menyulam tanaman yang tidak tumbuh dilakukan pada umur 1-1,5 bulan setelah tanam dengan memakai benih cadangan yang sudah diseleksi dan disemaikan. c. Pembumbunan Pembumbunan mulai dilakukan pada saat telah terbentuk rumpun dengan 4-5 anakan, agar rimpang selalu tertutup tanah. Selain itu, dengan dilakukan pembumbunan, drainase akan selalu terpelihara. d. Pengendalian organisme pengganggu tanaman Penyakit utama pada jahe adalah busuk rimpang yang disebabkan oleh serangan bakteri layu (Ralstonia solanacearum). Hingga saat ini belum ada metode pengendalian yang memadai, kecuali dengan menerapkan tindakan-tindakan untuk mencegah masuknya benih penyakit, seperti penggunaan lahan sehat, penggunaan benih sehat, perlakuan benih sehat (antibiotik), pembersihan sisa tanaman dan gulma. Tindakan mencegah perluasan penyakit ini dengan cara menyemprotkan fungisida segera setelah terlihat ada serangan (diulang setiap satu minggu sekali), sanitasi tanaman sakit, inspeksi secara rutin.
6. Panen
.jpg)
Panen untuk konsumsi dapat dimulai pada umur 6 sampai 10 bulan. Akan tetapi, rimpang untuk benih baru bisa dipanen pada umur 10-12 bulan. Cara panen dilakukan dengan cara membongkar seluruh rimpang-nya menggunakan garpu, cangkul, kemudian tanah yang menempel dibersihkan. Rimpang tanaman jahe jahe putih besar dan calon varietas unggul, jahe putih kecil dan jahe merah dapat memenuhi standar. Ber-dasarkan standar perdagangan, mutu rimpang jahe segar dikatagorikan sebagai berikut mutu I bobot 250 g/rimpang, mutu II bobot 150-249 g/rimpang, mutu III bobot sesuai hasil analisis, kulitnya tidak terkelupas, tidak mengandung benda asing dan kapang, kulit yang terkelupas maksimum 10%, benda asing maksimum 3%, kapang maksimum 10%.
7. Pascapanen
Tahapan pengolahan jahe meliputi penyortiran, pencucian, pengirisan, pengeringan, pengemasan, dan penyimpanan. Setelah panen, rimpang haras segera dibersihkan untuk menghindari kotoran yang berlebihan serta mikroorganisme yang tidak diinginkan. Rimpang dibersihkan dengan cara disemprot dengan air yang bertekanan tinggi, atau dicuci dengan tangan. Setelah pencucian, rimpang diangin-anginkan untuk mengeringkan air pencucian. Untuk penjualan segar, jahe dapat langsung dikemas. Tetapi bila diinginkan dalam bentuk kering atau simplisia, maka dibuat pengirisan rimpang setebal 1-4 mm. Untuk mendapatkan simplisia dengan tekstur menarik, sebelum diiris rimpang direbus beberapa menit sampai terjadi proses gelatinisasi. Rimpang yang sudah diiris, selanjutnya dikering- kan dengan energi surya. Ruang penyimpan haras diperhatikan sanitasinya, berventilasi baik, dengan suhu ruangan yang rendah dan kering untuk mencegah pencemaran oleh mikroba dan hama gudang.